Sekolah Alam Parung atau School of Universe (SoU) di Lebak Wangi Parung dan Sekolah Alam Kebun Tumbuh Depok digagas oleh praktisi dan pemerhati pendidikan, Ir. Lendo Novo. Visi dan misi utamanya ingin memberikan perubahan kepada anak-anak, terutama pada sisi budi pekerti/akhlak, serta memiliki jiwa kepemimpinan. Di sekolah alam ini, proses pembelajaran berlangsung bersama dan berada di alam. Ruang kelas yang berbentuk rumah panggung/saung hanya sebagai sarana untuk istirahat atau belajar teori beberapa saat saja. Sepulang sekolah, anak-anak juga tidak dibebani lagi dengan PR seperti siswa sekolah konvensional pada umumnya.
Sekolah Alam kebun Tumbuh Depok menempati alam seluas 11.500 m2, memiliki jenjang pendidikan mulai pra sekolah Kelompok Bermain (KB), TK, dan SD. Sehari-harinya, anak-anak pra sekolah melakukan out bond, sebagian lainnya belajar memasak di dapur mini. Sementara siswa tingkat SD sebagian belajar menanam pohon. Belajar memasak. Konsep pendidikan yang berakarkan kebersamaan, kedisiplinan, dan kepemimpinan ialah yang diajarkan di SAKT. “Selama mendampingi anak belajar, guru hanya sebagai fasilitator saja,” tambah Aditya Mulyadi (Ka. Ssekolah SD) Tak jarang, metode belajar siswa SD pun masih disampaikan lewat lagu. Misalnya pelajaran geografi, mengenal nama-nama samudra di dunia berikut ciri khasnya. Atau, pelajaran soal air ditinjau dari ilmu IPA, Fisika, dan Agama. “Semua lagu diciptakan oleh guru-guru sekolah kami sendiri.”
Sekolah Alam Kebun Tumbuh Depok didirikan pada 2009 di Jl. Mawar no 79, (belakang Giant) Bojongsari Depok, dengan empat siswa yang dibimbing empat guru. Lantaran jumlah siswa terus bertambah, Kini siswanya mencapai 102 anak, dibimbing oleh 20 guru, belum termasuk guru bidang studi Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan guru Membaca Al Quran. “Setiap kelas dibimbing oleh dua guru, laki-laki dan perempuan. Konsep “ibu-bapak” ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kemungkinan ada anak yang dekat dengan bunda atau ayahnya saat di rumah,” papar Aditya (kepala Sekolah SD).
SAKT juga memiliki program inklusif, yakni menerima siswa berkebutuhan khusus. “Sekarang ini terhitung ada 4 anak autis di SAKT. Dalam hal menimba ilmu, kami tak membeda-bedakan apakah anak itu berkebutuhan khusus atau tidak. Memang ada perbedaan, tapi tidak lantas harus dibedakan. Anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus sudah kami beritahu. Nah, saat guru-guru tidak ada, justru anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus yang menjaga temannya itu. Anak-anak sudah bisa bertoleransi.”
Lantas, siapa saja yang bisa masuk ke SAKT ? Prinsipnya semua anak bisa, asalkan memenuhi seleksi yang dilakukan oleh guru dan komite sekolah. “Yang diseleksi bukan calon siswanya, lho. Melainkan justru orangtuanya. Seleksinya meliputi, apa visi dan misi orangtua dalam mendidik anak. Kedua, peran orangtua ketika anaknya sekolah di SAKT. Ketiga, sejauh mana pemahaman orangtua dalam mendidik anak.”
Kendati pengajarannya berbasis pada alam, namun Aditya mengatakan, lulusan SAKT tak terkendala untuk mengikuti ujian nasional. “Kami punya guru bidang studi. Tapi untuk materi diknas, SAKT tidak punya target selesai. Target akhir SAKT adalah akhlak dan kepemimpinan. Bila budi pekerti/akhlak dan kepemimpinan sudah bagus, untuk mengejar aspek kognitif lebih mudah. Menjelang ujian, anak tidak perlu disuruh belajar, dia sudah punya kesadaran bahwa lulus-tidaknya dia, tergantung diri sendiri. Seperti tombol, kita tinggal tekan saklarnya saja. ”
www.sekolahkebuntumbuh.sch.id
sangat bermanfaat sekali ilmunya, terimakasih telah berbagi ilmu